LAPORAN
TEKHNOLOGI
REPRODUKSI TERNAK
NAMA :
MUH. SAEPUDDIN
NIM : B1D 012 192
KELAS :
5B
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Usaha untuk mempertahankan kualitas
semen dan memperbanyak hasil sebuah ejakulasi dari jantan unggul adalah dengan
melakukan pengenceran semen menggunakan beberapa bahan pengencer. Untuk
kebutuhan beberapa karbohidrat sederhana sebagai sumber energi dalam pengencer
dapat dipenuhi dengan penggunaan madu, ekstrak melon, dan air. Syaratnya adalah
harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoa selama penyimpanan,
harus memungkinkan sperma dapat bergerak secara progresif, tidak bersifat racun
bagi sperma, menjadi penyanggah bagi sperma, dapat melindungi sperma dari
kejutan dingin (cold shoc) baik untuk semen beku maupun semen cair.
Kejadian yang dapat merusak dan
menurunkan viabilitas spermatozoa selama proses penyimpanan dan pembawa materi
genetik ternak (sel gamet) dengan teknik kriopreservasi yaitu kejutan dingin (cold
shock) dan pembentukan kristal-kristal es. Pembentukan kristal-kristal es berkaitan erat dengan perubahan tekanan
osmotik dalam fraksi yang tidak beku (Rozi, Bahrur. 2004). Pembentukan kristal-kristal
es berkaitan erat dengan perubahan tekanan osmotic dalam fraksi yang tidak beku. Pengaruh pembentukan
kristal-kristal es terhadap pembawa materi genetic ternak selama proses
kriopreservasi dapat dilihat pada sel spermatozoa danseltelur. Padasel spermatozoa
dapat menyebabkan penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa, peningkatan pengeluaran
enzim-enzim intraseluler ke ekstra seluler dan kerusakan pada organel-organel sel,
seperti mitokondria dan lisosom. Apabila mitokondria rusak dan rantai oksidasi putus
akan mengakibatkan spermatozoa berhenti bergerak karena tidak ada pasokan energy
dari organel mitokondria. Sumber energy mitokondria berperan untuk menggertak mikro
tubul sehingga terjadi pergesekan diantara mikro tubul sehingga spermatozoa
dapat bergerak secara bebas (motil).
2.Tujuan
praktikum
Adapun tujuan
praktikum ini adalah:
a. Agar mahasiswa
mengetahui cara pengenceran semen.
b. Agar mahasiswa
mengetahui cara pembekuan semen.
c. Agar mahasiswa
mengetahui cara penampungan semen.
3. Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan
dari praktikum adalah menjadi pedoman bagipraktikan untuk
kedepannya agar bisa mengaplikasikan ke masyarakat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Penampungan Semen
Beberapa cara
penampungan semen sapi untuk tujuan IB telah berkembang, diantaranya dengan
vagina buatan dan electro-ejakulator. Penggunaan vagina buatan
untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas. Pejantan akan menaiki
sapi betina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu penis dimasukkan ke
dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari silinder karet tebal dan keras,
di dalamnya dilapisi silinder karet tipis dan merupakan kantung yang dapat
diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan dipasang karet berbentuk corong
untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah diisi air panas dan di bagian
dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk menampung semen.
Penampung semen (gambar) vagina buatan.(lab
reproduksifakultaspeternakan UNRAM)
2.2.
Pengenceran Semen
Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume
semen, mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup
spermatozoa sampai batas waktu penyimpanan tertentu pada kondisi penyimpanan di
bawah atau di atas titik beku. Pengenceran dan penyimpanan semen merupakan
usaha mempertahankan kualitas spermatozoa dalam periode yang lebih lama yakni
untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan daya fertilitasnya.
media pengencer harus mengandung bahan makanan bagi
spermatozoa, tidak bersifat racun, mengandung bahan pelindung dari terjadinya “cold
shock”, dapat mencegah pertumbuhan kuman, dan
sebagai penyanggah yang dapat mempertahankan pH, serta mempunyai sifat-sifat
fisik dan kimia yang sesuai dengan plasma semen. Tentang syarat-syarat bahan pengencer yaitu harus mengandung nutrisi,
melindungi spermatozoa terhadap “cold shock” mencegah perubahan pH, dan
mempertahankan tekanan osmotik serta keseimbangan elektrolik.
Beberapa bahan pengencer yang umum digunakan dalam
pengenceran semen adalah kuning telur, susu, air kelapa. Bahan pengencer lain
yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam mempertahankan kualitas spermatozoa
adalah pengencer NaCl fisiologis, Ringer Laktat dan Ringer Dextrose.
(gambar) Proses pengenceran. .(lab
reproduksifakultaspeternakan UNRAM)
2.3. Pembekuan
Semen
Pembekuan
merupakan proses pengeringan fisik, jika suatu larutan dibekukan maka air
sebagai pelarut membeku menjadi kristal es, sedangkan bahan terlarut tidak
berbentuk kristal es, tetapi terkumpul dalam larutan yang masih ada dan
bertambah pekat karena molekul air tergabung dengan kristal es.
Spermatozoa dalam semen beku dapat hidup bertahun-tahun.
Spermatozoa yang dibekukan dan disimpan pada suhu -79oC di dalam CO2 padat dan
alkohol tahan hidup 3-4 tahun atau lebih, sedangkan pada -196oC di
dalam nitrogen cair tahan hidup dalam waktu sampai 10 tahun.
Container
berisi N2 cair. (lab
reproduksifakultaspeternakan UNRAM)
|
Proses
pembekuan semen meliputi cooling (pendinginan), pre
freezing (pembekuan awal), dan freezing (pembekuan).
a. Cooling (pendinginan)
Cooling adalah proses
pendinginan semen setelah proses pengenceran, dimasukkan dalam gelas ukur
tertutup dan ditempatkan pada beaker glass berisi air. Cooling sampai
5oC dapat dilakukan dengan memasukkan tabung-tabung yang berisi semen yang
telah diencerkan dalam bak yang berisi air. Bak tersebut kemudian dimasukkan
dalam refrigerator. Suhu air yang dipergunakan dalam cooling sesuai
dengan suhu inkubasi semen segar yakni 37oC dan suhu 30oC
b. Pre
freezing (pembekuan awal)
Straw yang berisi
semen diatur pada rak straw dan ditempatkan dalam uap N2 cair
sekitar 4,5 cm diatas permukaan nitrogen cair. Pembekuan ini berlangsung
sekitar 10 menit, kemudian dimasukkan langsung ke dalam nitrogen cair.
c. Freezing (pembekuan)
Freezing merupakan
proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan
proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Sedangkan semen beku
adalah semen yang telah diencerkan menurut prosedur lalu dibekukan dibawah suhu
0oC atau titik beku air (Partodiharjo, 1992). Menurut Toelihere (1993),
pembekuan dapat menggunakan CO2 padat,
udara basah, O2
cair dan nitrogen cair. Pembekuan dengan N2 cair lebih sering digunakan karena
suhunya yang sangat rendah dapat menyimpan semen dalam jangka waktu yang lama.
Pada proses ini straw direndam dengan suhu -196oC. Volume N2
cair harus dikontrol secara periodik, karena jika kehabisan akan menaikkan suhu
sehingga akan mematikan spermatozoa. Untuk menjamin kelangsungan hidup
spermatozoa yang terkandung di dalamstraw maka N2 cair di dalam
kontainer tidak boleh kurang dari ukuran minimal yang ditentukan yaitu setinggi
3 inci. Seandainya tinggal 3 inci, maka penambahan N2 cair harus dilakukan
segera dalam waktu 12 jam.
BAB III
MATERI DAN
METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan
Tanggal Praktikum
3.1.1 Tempat
Praktikum
Adapun tempat
praktikum Tehnologi Reproduksi Ternak ini dilaksanakan di
Laboratorium Reproduksi Ternak Lantai II, Fakultas Peternakan
3.1.2 Tanggal
Praktikum
Adapun tanggal
dilaksanakan praktikum Manajemen Ternak Perah ini dilaksanakan pada 20 dan 21
Desember 2012.
3.2 Materi
Praktikum
3.2.1 Alat Praktikum
Ø Adapun alat
yang digunakan dalam penampungan semen adalah:
- Elektro
Ejakulator (Batang Bivolar)
- Gelas penampung
Ø Alat yang
digunakan dalam pengenceran semen adalah:
- Makro pipet
- Bak pengencer
- Mini straw
- Tabung reaksi
Ø Alat yang
digunakan dalam pembekuan semen adalah:
- Canister
- Goblet
- Mini goblet
- Mini straw
- Rak pembeku
3.2.2 Bahan
Praktikum
Ø Bahan yang
digunakan dalam penampungan semen adalah:
- Alkohol 70%
- Kapas/tissue
basah
- Kertas pH
- Vaselin
- Kambing
Ø Bahan yang
digunakan dalam pengenceran semen adalah:
- Semen Kambing
- Tris kuning
telur
Ø Bahan yang
digunakan dalam pembekuan semen adalah:
- Bubuk
polipiniel
- Semen yang
sudah diencerkan
3.2. Metode
praktikum
3.2.1 Metode
penampungan semen
Adapun metode
yang dapat dilakukan dalam penampungan semen adalah :
- Batang EE
diolesi vaselin
- Kambing
direbahkan
- Preputium
dibersihkan supaya semen tidak tercemar oleh urin, apabila panjang
kemudian dipotong
- Preputium
ditarik untuk mengeluarkan penis
- Setelah keluar
kemudian gland penis diikat dengan casa steril
- Kemudian probe
dimasukkann (besinya bearah ke perut). Poltase diputar 1 volt dinaikkan lalu
diturunkan kembali.
3.2.2. Metode
pengenceran semen
Adapum metode
yang digunakan dalam pengenceran semen adalah:
- Semen yang
sudah ditampun, kemudian di campur dengan pengencer (tris kuning telur)
sebanyak 700 ml.
- Dimasukkan
dalam kulkas 5oC selama 2 – 3 bisa sampai 4 jam.
- Kemudian
dituangkan kedalam bak pengencer
1.2.3. Metode
pembekuan semen
Adapun metode
yang dilakukan dalam pembekuan semen adalahh:
- Setelah
semen ditampung secepatnya di bawa ke laboratorium untuk diperiksa kualitas
maupun kuantitasnya.
- Bahan
pengencer disiapkan sehari sebelum digunakan diantaranya pengencer
sitrat, air kelapa, tris, dll.
- Printing
straw dilaksanakan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa
jumlah straw yang akan dicetak.
- Filling
& Sealing adalah proses pengisian semen yang
telah diencerkan ke dalam straw dengan menggunakan alat
yang bekerja secara otomatis (mesin filling & sealing).
- Setelah
dilaksanakan filling sealing, straw yang berisi semen cair disusun di atas rak
dan dihitung jumlahnya, kemudian dibekukan. Proses pembekuan dilakukan di atas
permukaan N2 Cair di dalam storage container dengan suhu -110 sampai dengan
-120 0C selama 9 menit. Suhu tersebut diperoleh bila straw yang disusun di
atas rak ditempatkan kurang lebih 4 cm di atas permukaan N2 cair.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan
4.1.1.
Penampungan Semen
Adapun hasil
penampungan semen berupa semen cair yang berwarna putih, cream yang kental.
Volumenya 1,5 ml dengan bau yang khas (spesifik) dengan pH normal yakni 7.
|
|
|
||
Container
berisi N2 cair
|
Proses
pengenceran
|
Vagina buatan
|
||
|
|
|
||
Alat dan
bahan pendukung
|
Mikroskop
yang digunakan dalam evaluasi semen secara mikroskopis
|
Televise yang
digunakan dalam melihat pergerakan massa semen
|
4.2. Pembahasan
Evaluasi semen
terdiri dari uji makroskopis, mikroskopis, biokemis dan biologis. Uji yang
rutin digunakan dalam suatu Balai Inseminasi Buatan (BIB) adalah uji makroskopis
dan uji mikroskopis. Uji makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, dan
bau. Volume semen dalam uji ini mencapai (2-10 ml), semen yang normal berwarna
putih kekuningan, sedangkan yang abnormal berwarna kuning atau coklat, dan
semen memiliki bau yang spesifik. Uji mikroskopis terdiri dari motilitas massa
dan individu, viabilitas, konsentrasi dan abnormalitas
Dalam praktikum
teknologi ternak yang dilakukan di Laboratorium Reproduksi,
evaluasi semen dilakukan dengan cara makroskopis yakni meliputi
volume, warna, konsistensi, dan bau. Hasil praktikum menujukkan bahwa semen
yang didapatkan berupa semen cair yang berwarna putih, cream yang kental.
Volumenya 1,5 ml dengan bau yang khas (spesifik) dengan pH normal yakni 7.
Semen yang
dihasilkan merupakan semen yang normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa,
semen yang normal berwarna putih kekuningan, sedangkan yang abnormal berwarna
kuning atau coklat, dan semen memiliki bau yang spesifik (Hunter,1982).
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat saya ambil dari praktikum tersebut adalah :
1. Semen yang
didapatkan dari penampungan semen dengan cara EE merupakan semen yang normal.
2. Cara
mengevaluasi semen terdiri dari uji makroskopis, mikroskopis, biokemis dan
biologis.
5.2. Saran
Adapun saran
yang dapat saya berikan berdasarkan praktikum tersebut adalah: Sebaiknya
praktikum dilakukan per kelompok bukan per kelas agar lebih jelas hasil dan
cara – cara dalam praktikum trsebut.
DAPTAR PUSTAKA
Hunter, R.H.F.
1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.
ITB. Bandung
Lindsay, dkk.
1982. Reproduksi Ternak di Indonesia. Fakultas Peternakan dan
Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Partodiharjo,
S. 1992.. Fisiologi Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. IPB.
Bogor.
Rozi, Bahrur.
2004. Motilitas Spermatozoa Sapi Madura pada Suhu dan Interval Waktu
yang Berbeda dan Hubungan antara Motilitas dengan Viabilitas, Abnormalitas dan
Integritas Membran. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Malang
Salisbury, G.W
and VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi.
Gajah Mada. University. Press. Yogyakarta
Sudrajad,
2000. Prosedur Tetap (Protap) Produksi dan Distribusi Semen Beku.
http://bitnak.ditjennak.deptan.go.id (online), diakses 01 januari 2008
Toelihere, M,
R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Fakultas Kedokteran
Hewan. IPB. Penerbit Angksa. Bandung
1993. Inseminasi
Buatan pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan.
IPB. Penerbit
Angkasa. Bandung